Jumat, 19 Juni 2009

Sukses Meski Tanpa Tangan dan Kaki


Pernahkah anda membayangkan lahir tanpa tangan dan kaki? Atau setidak-tidaknya ada di antara kerabat anda yang lahir dengan kondisi seperti itu? Bagaimana nasib mereka? Adalah Nick Vujicic yang lahir di Melbourne, 4 Desember 1982, dokter yang menangani kelahirannya sungguh terkejut menyaksikan anak manusia yang lahir tanpa tangan dan kaki.

Ayah dan ibunya juga amat terkejut. Mereka sedih, marah, dan putus asa menyaksikan hal tersebut. Untuk beberapa lama, mereka tidak ingin melihat wajah Nick. Mereka memberontak kepada Tuhan mengapa harus mengalami kenyataan yang sedemikian pahit.

Namun sebagai penganut Kristen, ayah ibunya tidak berani “menghabisi” Nick saat itu. Mereka tetap memelihara Nick. Nick tumbuh serbagai anak yang sehat dan kuat. Melalui waktu berbulan-bulan lamanya penuh tetesan air mata, mereka terus mempertanyakan “nasib” hidup mereka kepada Tuhan. Sampai akhirnya Tuhan memberikan hikmat pengertian kepada mereka bahwa awalnya Dia sudah memperlengkapi mereka sekerluarga dengan satu iman keyakinan yang teguh untuk mampu menghadapi kenyataan tidak biasa tersebut. Kebetulan orangtua dan keluarga Nick adalah pendeta dan pekerja-pekerja gereja yang selalu berusaha hidup benar di hadapan Tuhan.

Ketika Nick memulai pendidikannya di sekolah, ia selalu berusaha untuk hidup wajar seperti anak-anak lainnya. Meskipun dari awal dia harus menghadapi penolakan, ejekan, dan bahkan gertakan dari teman-temannya. Kasih yang murni disertai dengan dukunga moril dari saudara-saudaranya, membuat Nick mampu bersikap positif kepada siapa saja, meski dia harus menghadapi ejekan sekalipun. Lama-kelamaan teman-temannya dapat menerima Nick apa adanya. Mereka bahkan berteman dekat dengannya.

Memasuki usia remaja, Nick mengalami kegoncangan yang hebat. Kali ini bukan karena penolakan dari lingkungan sekitarnya, tetapi Nick sendirilah yang melakukan pemberontakan terhadap kenyataan yang dihadapinya. Dia tidak bisa menerima keadaan dirinya cacat seperti itu. Dia protes kepada Tuhan. Akhirnya, Nick berusaha mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Namun di suatu pagi di usia yang ke-13, tiba-tiba Nick terbangun dan dia melihat pagi yang sangat indah. Tiba-tiba saja dia teringat akan kasih karunia yang Tuhan sudah berikan dalam hidupnya. Meski dia terlahir cacat, namun tumbuh dalam keluarga yang sangat mengasihinya. Dia juga memiliki teman-teman yang baik dan selalu menghiburnya.

Pada usia yang ke-15, Nick membaca sebuah ayat dalam Injil, yaitu Injil Yohanes pasal 9 yang antara lain berkata: di balik orang yang dilahirkan buta (baca: cacat), Tuhan ingin agar “pekerjaan-pekerjaan Alllah dapat (harus) dinyatakan dalam dia. Nick menangkap ayat ini sebagai panggilan baginya untuk menjadi saksi cinta Tuhan kepada umat manusia. Cacat fisik yang dialaminya, sama sekali tidak berarti bahwa Allah mengutuknya, tetapi lewat dia Tuhan ingin menunjukkan pekerjaan-pekerjaanNya yang ajaib kepada manusia.

Nick pun bangkit menjadi saksi cinta Tuhan kepada manusia. Pada usia 21 tahun dia sudah berhasil menggondol gelar sarjana ekonomi jurusan financial planning dan accounting. Nick tak segera bekerja. Dia melanjutkan lagi pendidikanya di bidang motivational speaker dan dapat diselesaikan dalam waktu singkat.

Dengan semua pengalaman dengan orang yang dianggap ‘aneh’ tekanan-tekanan, dan ejekan-ejekan, Nick tampil sebagai motivator yang luar biasa. Kemampuan komunikasi yang luar biasa diselingi dengan kisah-kisah humornya yang segar dan memberi inspirasi, Nick telah merubah mental dan cara hidup banyak orang. Orang–orang yang berputus asa dan tak mempunyai harapan hidup, banyak belajar dari Nick. Nick senantiasa mengajarkan cara berpikir yang positif kepada setiap orang yang ditemuinya. Dan sesungguhnya Tuhan ingin kita menjadi saksiNya, yaitu bahwa Allah mengasihi dan mencintai setiap manusia. Bahwa Allah ingin agar manusia menyaksikan tiada yang mustahil bagi Dia. (hn)

Sumber : terandunia.com